-->

√ Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam


Mekkah dahulunya merupakan daerah yang tidak berpenghuni, hanya lautan padang pasir berbatu nan tandus, belum ada kehidupan sama sekali. Baru pada masa Nabi Ibrahim yang mengantarkan istrinya yang bernama Siti Hajar berdasarkan wahyu dari Allah harus membawa Hajar ke daerah itu.

Setelah Siti Hajar tinggal di daerah Mekkah itu dan melahirkan seorang anak yang kelak menjadi seorang Nabi bernama Ismail di tambah dengan kedatangan rombongan suku Jurhum yang berasal dari sebuah suku dari negeri Saba yang negerinya sudah hancur maka kehidupan baru dimulai. 

Untuk lebih jelasnya berikut adalah pembahasan mengenai Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam.

Sejarah awal masyarakat Mekkah menyembah patung

Sejak pertama kalinya kepercayaan masyarakat Mekkah menganut kepercayaan Tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim kemudian dilanjutkan oleh Ismail putranya. Setelah Nabi Ismail meninggal maka masa kenabian sempat terputus yang menyebabkan masyarakat Mekkah berpindah keyakinan.

Kepindahan kepercayaan masyarakat Mekkah dari ketauhidan dimulai dari salah seorang pembesar yang berasal dari suku Kuza'ah bernama Amir bin Lubai, ia pergi ke negeri Syam (Negeri Syiria Sekarang) dia menyaksikan penduduk kota Syam melakukan penyembahan pada patung.

Saat ia pulang ke Mekkah sambil membawa patung yang dinamakan Hubal. Dia mengajarkan tata cara menyembah patung tersebut kepada masyarakat Mekkah waktu itu. Patung Hubal diletakkan di Ka'bah sebagai patung pemimpin dari patung Latta, Uzza dan Manat.

Dari sejak itulah masyarakat Mekkah meyakini bahwa patung-patung tersebut merupakan pelantara untuk mendekatkan diri mereka pada tuhannya. Masyarakat Mekkah kemudian membuat banyak patung hingga sampai berjumlah 360 buah patung mengelilingi bangunan Ka'bah.

Saat musim Haji tiba, para pendatang bertanya kenapa harus menyembah berhala? Mereka menjawab, itu sebagai pelantara untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Saat mereka pulang kedaerah asalnya masing-masing lalu mereka mempraktekan tata cara penyembahan berhala itu di daerahnya.

Setelah berlangsung sekian lama, maka jadilah daerah Mekkah waktu itu menjadi pusat penyembahan pada patung-patung di daerah Jazirah Arabia. 

Asal mula penyembahan terhadap patung

Sebuah Hadits riwayat Imam Bukhari menerangkan bahwa :

Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As, merupakan patung-patung yang di sembah pula dikalangan bangsa Arab selanjutnya itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail, Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke bani Ghatibdi, di lereng bukit yang terletak di kota Saba.

Kemudian patung Ya'uq adalah sesembahan suku Hamdan, Nasr sesembahan suku Himyar dan keluarga Dzi Kila. sesungguhnya nama -nama patung tersebut merupakan orang-orang saleh pada zaman Nabi Nuh Alaihissalam.

Saat orang-orang saleh itu wafat, lalu Syetan membisikan kepada kaum yang saleh waktu itu agar dibuatkan patung-patung mereka dan di simpan di tempat-tempat pertemuan dan diberi nama sesuai nama mereka. Pada saat kaum yang saleh masih ada patung-patung tersebut tidak di sembah.

Kemudian pada saat kaum yang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang, maka barulah penyembahan terhadap patung-patung tersebut dimulai oleh penduduk masyarakat dikalangan mereka.

Saat mendekati kedatangan Islam kembali, ada beberapa orang Mekkah berusaha melepaskan diri dari penyembahan terhadap patung dan mereka menyebarkan kembali ajaran-ajaran yang pernah dibawa oleh Nabi Ibrahim serta Ismail Alaihissalam, mereka adalah :

1.  Waraqah bin Naufa
2.  Umayyah bin Salt
3.  Qus Saidah
4.  Usman bin Khuwairis
5.  Abdullah bin Jahsy dan 
6.  Zainal bin Umar

Mereka merupakan termasuk orang-orang yang menentang terhadap praktek penyembahan pada patung-patung di Mekkah, namun mereka meninggal pada saat Islam kembali hadir dibawa bersama Nabi Muhammad Saw.

Masyarakat Mekkah saat itu dikatakan telah kembali kepada zaman kejahiliyahan atau zaman kebodohan, istilah jahiliyah disematkan kepada mereka bukan berarti mereka adalah kaum yang bodoh tidak dapat baca tulis tak berilmu, malahan masyarakat Mekkah saat itu sudah mahir dalam ilmu sastra.

Berikut ini hal-hal yang mendorong masyarakat Mekkah meninggalkan ajaran Tauhid yang di bawa oleh nabi Ibrahim dan nabi Ismail:

1.  Penghormatan atau pengagungan yang berlebihan terhadap leluhur atau kepala suku mereka yang telah berjasa dikaumnya

2.  Ketakutan yang timbul disebabkan adanya rasa takut dari bencana kekuatan alam yang akan menimpa mereka, dan berusaha mencari kekuatan lain dari luar ketuhanan

3.  Kebutuhan terhadap Tuhan ketika mereka membutuhkan, dan berharap tuhan selalu bersama mereka

Selain menyembah patung, masyarakat arab waktu itu juga menyembah Malaikat yang di anggapnya sebagai putri Tuhan. Kemudian selain itu mereka juga menyembah Jin, Ruh dan Hantu. Biasanya mereka mengadakan sesajian berupa sesajen dan berharap mereka terhindar dari bala bencana.

Demikianlah pembahasan mengenai Kondisi Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam, semoga ada hikmah dan manfaatnya.

Wallaahu a'lam
Advertisement
√ Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam