-->

√ Shalahuddin Al Ayyubi | Penguasa Ayyubiah terkenal


Shalahuddin Al Ayyubi merupakan seorang pemimpin yang di segani baik oleh kawan maupun oleh lawan, nama lengkap beliau adalah Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub yang berasal dari keturunan bangsa Kurdi di Irak.

Untuk membahas mengenai kisah Sultan Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi seorang penguasa dinasti Ayyubiah yang terkenal, dibagi kedalam 3 bagian bahasan, yaitu sebagai berikut :

1.  Masa kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan

Shalahuddin di lahirkan di benteng Tikrit Irak pada tahun 532 hijriah atau 1137 masehi, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Ayahnya bernama Najmuddin Ayyub dan paman beliau bernama Asaduddin Syirkuh.

Ayah dan pamannya mengabdi pada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk wilayah kota Mosul Irak. pada saat Imaduddin berhasil merebut wilayah belbek lebanon tahun 534 hijriah atau 1139 masehi, Najmuddin Ayyub di angkat menjadi gubernur belbek dan pembantu raja Suriah Nuruddin Mahmud.

Saat kecil beliau sudah di didik oleh ayahnya untuk menguasai ilmu sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan Al Hadits di Madrasah. Shalahuddin punyai cita-cita ingin menjadi orang yang ahli di bidang ilmu agama Islam dengan kata lain ingin menjadi Ulama.

Pada masa mudanya selain menyenangi ilmu-ilmu agama ia juga menyukai tekhnik-tekhnik berperang, strategi perang dan politik. Ia pergi ke Damaskus untuk memperdalam ilmu kajian Sunni selama 10 tahun dalam lingkungan Istana Nuruddin.

Tanda-tanda kebijaksanaan dan keceradasan beliau sudah nampak sejak masa kecilnya, seperti rendah hati, kasih sayang antar sesama dan santun. Shalahuddin tumbuh dewasa di dalam lingkungan istana kerajaan serta lingkungan agamis.

2.  Karir Politik dan Pemerintahan

Shalahuddin semakin akrab di bidang kemiliteran ketika ayahnya di tempatkan Nuruddin Mahmud sebagai kepala divisi milisi di daerah Damaskus pada usia 26 tahun. Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir.

Ia pergi ke Mesir dalam rangka melaksanakan tugas dari gubernur Suriah untuk membantu perdana menteri Syawar Dinasti Fatimiyah menghadapi pemberontak yang bernama Dirgam. Misi itu berhasil dan mengembalikan perdana menteri Syawar kembali pada kedudukannya tahun 560 hijriah atau 1164 masehi.

Selang selama tiga tahun, Nuruddin Zanki kembali menugaskan Panglima Assaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Al Ayyubi untuk menaklukkan Mesir, dikarenakan perdana Menteri Syawar telah melakukan perjanjian gelap dengan Amauri panglima tentara Salib yang pernah membantu Dirgam.

Perjanjian itu dinilai dapat membahayakan Suriah dan posisi umat Islam, akhirnya dalam penyerangan yang kelima kalinya mesir dapat dikuasai tahun 1189 masehi. Syirkuh kemudian meninggal dan digantikan oleh Shalahuddin Al Ayyubi tahun 1169 menjadi wazir menggantikan pamannya.

Shalahuddin Al Ayyubi makin menunjukkan keahliannya dalam memimpin, terutama dalam mempersiapkan segala kemungkinan akan terjadinya penyerbuan ke Mesir oleh tentara Salib. Berkali kali pasukan Salib dapat dipatahkan Shalahuddin.

Akibat kepiawaiannya itu membuat Nuruddin merasa khawatir tersaingi, akhirnya hubungan keduanya memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk coba menaklukkan Mesir namun ia meninggal di perjalanan sebelum sampai ke Mesir.

Akibat peristiwa itu penyeranganpun dibatalkan, dan tampuk kepemimpinan diserahkan pada puteranya yang masih muda. Shalahuddin berangkat ke Damaskus untuk melakukan lawatan berbela sungkawa atas meninggalnya Nuruddin.

Shalahuddin sudah berniat akan menyerahkan kekuasaannya pada raja baru yang masih muda tersebut, namun pada tahun itu juga raja baru itu meninggal. Akhirnya posisinya digantikan oleh Shalahuddin untuk memimpin Mesir dan Suriah.

Tiga tahun Shalahuddin memimpin Mesir dan Suriah menggantikan Nuruddin yang telah wafat, cara yang ia lakukan sangat terhormat yakni dengan menikahi janda mendiang istri Sultan Nuruddin demi menghormati keluarga Dinasti sebelumnya (Dinasti Fatimiyah).

Dalam membangun pemerintahannya Shalahuddin mulai dengan revitalisasi ekonomi, reorganisasi militer, serta menaklukkan negara-negara kecil untuk dipersatukan dalam rangka melawan tentara pasukan Salib.

Pada tahun 1174, Shalahuddin berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Dengan itu maka berdirilah kekhalifahan baru bernama Dinasti Ayyubiah menggantikan dinasti sebelumnya yakni Dinasti Fatimiyah yang bermazdhab Syi'ah.

Dalam usia 45 tahun, Shalahuddin Al Ayyubi sudah menjadi orang yang berpengaruh di dunia islam. Dalam 12 tahun masa kepemimpinannya Shalahuddin sudah menaklukkan dan mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia dan wilayah jazirah Arab dan Yaman.

Di bawah kekhalifahan Dinasti Ayyubiah, kota Damaskus di jadikan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiah.

3.  Kematian

Pada tahun 1193 masehi, akhirnya Sultan Shalahuddin Al Ayyubi meninggal dunia dalam usia ke-57 tahun, akibat peristiwa itu dunia Islam sangat kehilangan sesosok pemimpin yang adil, bijaksana, penyantun dan belas kasih.

Semoga dengan adanya cerita sejarah Shalahuddin Al Ayyubi ini dapat menggugah kembali rasa patriotisme dalam diri seorang muslim dan yang lainnya.

Semoga dengan mengetahui kisah hidup Shalahuddin Al Ayyubi ini dapat menjadi inspirasi baru buat generasi muslim dimasa kini dan yang akan datang.
Advertisement
√ Shalahuddin Al Ayyubi | Penguasa Ayyubiah terkenal